m book 27 - Patulangan Ngaben

Yup... Puji syukur selalu dipanjatkan
kehadapan Tuhan Yang Maha Esa. Karena
anugerahNya kita semua bisa menikmati
kehidupan ini.
Salah satu yang menarik terlihat
dari upacara pitra yadnya, ngaben adalah
bentu-bentuk patulangan. Bentuk seperti
lembu, babi, macan dan sebagainya.
Patulangan diusung beramai-ramai dan
kemudian dibakar. Patulangan adalah
tempat membakar tulang dalam hal ini
adalah jenazah. Mungkin di beberapa
tempat lain diberikan sebutan yang beda.
Beberapa dari sebutan upacara ini adalah
ngaben, pelebon, ngerit dan beberapa
istilah lain. Secara umum disebut dengan
ngaben. Pelebon dikhususkan untuk orangorang
di puri/kerajaan, pedanda maupun
orang suci. Ngerit biasanya dilaksanakan
ngaben secara bersama, berbanyak dengan
alasan aturan adat setempat dan beberapa
juga dengan alasan pengiritan dalam biaya
dan kebersamaan.
Selain patulangan djuga akan
ditampilkan beberapa bentuk wadah, bade
maupun padma. Karena bentu-bentuk
bangun ini sangat berkaitan secara erat.
Perbedaan yang mendasar dari bentuk
atapnya. Wadah biasanya beratap satu
layaknya rumah. Bade atapnya bertingkat
menyerupai meru-meru pura, istilahnya
tumpang biasanya jumlahnya ganjil tiga,
lima, sembilan dan yang tertinggi sebelas.
Sehingga disebut tumpang telu, tumpang
sia dan selanjutnya. Sedangkan untuk
padma tidak ada atapnya.
Hal yang menarik juga, seperti lukislukisan
di dingding api. Lukisan yang
menceritakan tentang kehidupan yang ada,
kehidupan sederhana dan juga dosa-dosa
selama hidup maupun hukumannya nanti
di alam sana. Biasanya menggambarkan
kehidupan mendiang yang diaben.
Konon fungsi dari patulangan ini
adalah untuk mengantar roh ke alam surga
maupun neraka sesuai karmanya. Bentukbentuknya
nantinya disesuaikan dengan
mendiang, tentunya biasa disesuaikan
keturunan (kasta), pekerjaan semasa
hidupnya, persembahan keluarga dibuatkan
semenarik mungkin juga dibuat menyerupai
wahana-wahana para dewa. Rasa yang
menjadi hal utama dalam hal ini. Keluarga
yang berkecukupan biasanya membuatkan
patulangan semegah mungkin dengan
alasan itu merupakan jerih payah mendiang
selama hidup dan inilah hal terakhir yang
bisa dipersembahkan.
Terdapat banyak sekali bentukbentuk
patulangan. Tumpukan pohon
pisang merupakan patulangan yang paling
sederhana. tetapi ada juga bentuk-bentuk
lain yang lebih dibuat menarik seperti :
Tabla, petulangan berbentuk seperti
peti atau kotak. Petulangan ini memang
sangat sederhana. Digunakan kepada
orang-orang yang dihormati dan juga
dituakan.
Lembu, petulangan ini mungkin yang
paling sering kita lihat. Warnanya pun
bermacam-macam ada yang hitam, putih,
kuning dan lainnya. Warna yang putih
biasanya dikhususkan untuk orang yang
suci, seperti jero mangku, pedanda dan
orang-orang yang disucikan.
Singa, patulangan dengan bentuk singa
bersayap. Kebanyakan diberikan warna
merah hati sebagai simbol pemberani.
Biasa dipakai untuk para pemimpin, raja
atau kasta pasek.
Naga kaang, petulangan berbentuk
naga bermahkota emas berbadan ikan
lengkap dengan sirip yang menyerupai
sayap. Beberapa juga ditampilkan dengan
megah memakai sisik ikan berupa warna
emas. Dipergunakan bagi mereka bekerja
di air, penguasa lautan atau yang lebih ke
para pemuja Wisnu.
Gajah mina, patulangan dengan
bentuk kepala gajah dengan badan ikan.
Kekuatan gajah di darat juga sanggup di air
sungguh perpaduan yang luar biasa. Konon
dipakai untuk golongan wesyia, pedagang,
nelayan dan orang-orang yang suka bekerja
keras.
Macan (harimau), bentuk petulangan
layaknya macan. Biasanya dipakai warna
merah, loreng tetapi ada juga dengan
warna beda disesuaikan dengan seni
masing-masing. Biasanya dipakai oleh
warga pande.
Sudang-sudangan, petulangan ini
seperti agak sedikit sederhana. Biasanya
bentuk ikan atau binatang laut yang
terbelah menjadi dua dan tengahnya bisa
disisipkan kotak. Tetapi bagi mereka yang
berkecukupan tentuknya dibikin seseni
mungkin sehingga cukup sulit dibedakan
dengan patulangan lain. Beberapa orang
dapat membedakan dengan patulangan
lain, sudang-sudangan tidak memiliki kaki.
Biasanya digunakan untuk yang bekerja
sebagai nelayan, bekerja di laut, atau
berhubungan dengan air.
Dan banyak lagi bentuk patulangan
yang lain. Biasanya lebih berbentuk
binatang. Bahan-bahan utama yang dipakai
adalah kayu sebagai rangka. Bambu,
kain, kertas, kapas dan sekarang juga
banyak memakai gabus sterofom untuk
memudahkan mengukir dan menghiasnya.
Beberapa bagian juga diisi emas seperti di
tanduk lembu dan juga di puncak bade.
Satu hal yang menarik adalah naga
banda. Naga banda hanya dikhususkan
untuk orang-orang tertentu. Keturunan
raja salah satunya dan beberapa orang
khusus lainnya. Untuk yang ada naga
banda ini akan dilaksanakan prosesi khusus
yang disebut ‘manah naga banda’. Seorang
pedanda akan memanah secara simbolis
naga banda, konon akan mempertaruhkan
kehidupan pedanda itu sendiri.
Kalau dilihat dari beberapa patulangan
semua adalah persembahan yang luar
biasa dari keluarga yang ditinggalkan
kepada mendiang. Mereka tidak pernah
mengeluh dengan menghabiskan banyak
harta untuk itu. Banyak warga berpendapat
bahwa harta hanyalah titipan dan harusnya
dikembalikan, salah satunya dalam bentuk
yadnya. Hutang kita kepada leluhur yang
telah memelihara kehidupan ini.
Foto-foto patulangan dikumpulkan
dari beberapa upacara ngaben di beberapa
tempat di Bali. Gianyar, Tabanan, Bangli,
Kungkung, Karangasem. Patulangan
biasanya dibuat oleh warga setempat atau
keluarga yang memiliki seni. Kalau dibuat
oleh keluarga sendiri akan sangat kentara
stil dan gaya seni masing-masing. Tapi
beberapa daerah membeli patulangan ke
tempat lainnya, jadi stilnya akan mengikuti
gaya daerahnya membeli.
Mohon maaf jika ada kesalahan
yang tentunya tidak disengaja. Saran dan
masukannya tentunya diharapkan demi
perbaikan dikemudian hari. Terima kasih
atas semuanya dalam pembuatan buku ini.
Foto dan tek oleh Nyoman Martawan

Tidak ada komentar:

Paling Banyak Dilihat