Masih edisi jalan-jalan ke desa-desa beberapa hari ini

Masih edisi jalan-jalan ke desa-desa beberapa hari ini.
Hari ini rencananya mengikuti tapa semadi Sang Sutasoma di Mahameru. Berbagai godaan pun datang mendekati.  Terasa ada binatang, ternyata seekor gajah besar. Saya pun bertanya dalam hati,  Hai Gajah!!!  Engkau siapa mau apa ke sini? Aku ini Gajah Waktra sedang mencari makanan sekitar sini. Oh… silahkan lanjutkan Gajah Waktra aku lihat di sebelah timur ada banyak kacang dan umbi-umbian. Tak lama berselang datang lagi seekor ular besar, tepatnya naga besar. Hai siapa gerangan kisanak? Aku adalah Naga Raja, aku ingin nginyah (berjemur) saat pagi. Silahkan Naga Raja di sini banyak ada sinar mentari pagi baik sekali untuk kulitmu. Kemudian tampak seekor macan melintas bersama anak-anaknya. Hai Macan kau mau kemana bersama anakmu? Aku ingin mengajak anakku bermain air sekitar sini.
Nah... godaan yang terakhir ini yang mebuat tapaku goyah dan gagal total.  Dengan tiba-tiba datang wanita ayu menjunjung jun (kendi). Wajahnya begitu ayu, cantik mempesona bak bidadari dari kahyangan. Hai… tuan yang sangat tampan, sedang apa tuan sendirian di tempat yang sepi ini. Aku sedang melaksanakan tapa semadi, untuk menenangkan diri dan meningkatkan ilmu kanuraganku. Bisakah Bli tahu siapa I Luh gadis cantik ini? Nama tiang Dyah Dewi Candrawati hanya ingin mengambil air untuk masak di pondok. I Luh ini memang berbeda, matanya bersinar, rambutnya hitam berurai, tubuhnya semampai, kulitnya sawo matang, bibirnya merah delima. Pokoknya wanita idaman. Saat dia selesai nyalud (memenuhi kendi) air dan mau pulang, mulai jauh dariku. Aku pun tak tahan ingin memanggilnya ingin bertanya lebih banyak darinya, seketika itu aku membuka mata. Tapi setelah melihat sekeliling tak ada satupun orang, hanya gemercik air, deru angin dan kicauan burung yang terdengar

Kakek

Luar bisa tenaga di kakek dengan sepeda tua.
“Kanggung Gus, ngubuh sampi.” Mencari rumput untuk pakan sapi.'

Nenek kakek

Ye… ternyata nenek berjalan di belakang. Yang sabar ya Nek… mungkin sapi kakek sedang kelaparan.'

Ketongan Cabang (Panak Kulkul)

Ketongan Cabang (Panak Kulkul)

Ini yang saya lihat sangat jarang sekarang ada. Kentongan utama biasanya ada di Pura, Bale Banjar. Sedangkan Kentongan Cabang (Cabang Pembantu) meneruskan bunyi kentongan utama. Ini kebetulan ada di batang Kayu Tewel.
Yang dibungkus kampil itu buah nangka, supaya ranum dengan sempurna.'

Tari Baris Cerekuak

Tari Baris Cerekuak

Tarian ini digolongkan ke tarian baris. Pakaiannya seperti seekor burung dengan warna hitam.'

Tari Kelinci

Tari Kelinci

Tari ini menggambarkan kelinci-kelinci yang sedang bermain di kebun. Mereka mulai mencabuti wortel pak tani dan makan dengan lahap.'

Tari Legong Tri Sakti

Tari Legong Tri Sakti

Tarian yang menggambarkan kecantikan seorang wanita layaknya seorang dewi di kayangan. Dewi-dewi mulai turun ke bumi untuk menghibur para penonton. Legong ini dipersembahkan dalam tiga warna putih, merah dan hitam.'

Sembahyang si Sawah

Sembahyang si Sawah

Saat motret di persawahan saya berjumpa dengan seorang nenek. Sayang sekali si nenek sudah tuli, beliau hanya berbicara saja tanpa mengerti apa yang saya ucapkan. “Sampun med tiang bongol!” (sudah lama nenek tuli). Lalu saya hanya memperhatikan apa yang dilakukan beliau.
Beliau memotong beberapa tangkai padi dan dihitung, kemudian memilahnya menjadi dua bagian. Satu bagian dipotong panjang yang satu pendek. Lalu yang panjang diikat dengan tali bambu ditambahkan rangkaian janur. Lalu ditumpuk dengan potongan kecil ditambahkan dengan bunga-bunga dan sesajen. Ikatan itu diletakkan di sawah lalu didampingi dengan sesajen dan diperciki tirta.

Satu tamas (wadah) sudah cukup, ye… ternyata saya ditawari lungsurannya (sesajen yang sudah dihaturkan).'

Paling Banyak Dilihat