Memaknai Hari Raya Galungan

Yup... Hari Galungan merupakan hari kemenangan darma melawan adarma, kemenangan kebaikan dengan ketidak baikan. Hari Galungan diselenggarakan setiap enam bulan sekali tepatnya, buda kliwon dungulan (hari Rabu, keliwon dengan uku dungulan). Di Hari Galungan umat hindu merayakanya dengan persembahyangan di rumah masing-masing dan selanjutnya ke pura-pura.


Tangkih yang sudah berisi kacang saur dalam sarana pembuatan banten.


Kacang yang sudah digoreng dalam perlengkapan pembuatan banten.


Sate... ini sate yang aneh hee.... sate digoreng biasanya kan dibakar, sarana dalam pembuatan banten pada hari Galungan.


Penek ini adalah nasi yang belum matang (aruan) di bentuk sedemikian rupa seperti silinder dengan ukuran kecil dalam sarana pelengkap pembuatan banten.


Tumpeng ini adalah nasi belum matang (aruan) dibentuk menyerupai krucut dengan ukuran kecil, pelengkap dalam sarana pembuatan banten.


Banten-banten yang ditata (ditanding) yang nantianya akan dihaturkan dalam persembahyangan.


Banten yang sudah disatukan ditempatkan dalam sebuah kapar.


Ngetum adalah tradisi dalam setiap galungan, terbuat dari sayuran dan daging yang dikukus.


Sanggah adalah tempat suci di masing-masing rumah mulai dihias untuk Hari Raya Galungan.


Ke pura di Hari Galungan untuk memperoleh tirta (air suci) dan nantinya di bawa ke rumah masing-masing.


Ngaturan bakti di pura.


Bedogol (patung) yang ada di pura dengan latarbelakang orang sembahyang.


Ngetog adalah semua banten lunsuran (yang sudah diupacarai) di pilah kembali.

Tidak ada komentar:

Paling Banyak Dilihat