Memang tidak pernah bosannya untuk menyaksikan piodalan di Pura Alas Kedaton yang bertempat di daerah Marga, Bali dan sekarang jatuh pada tanggal 28 Desember 2010. Piodalan di pura ini memang tergolong sangat unik, selain karena penghuni pura yaitu monyet-monyet juga diiringi dengan parade gebogan yang berlangsung dari siang sampai sore hari. Parade gebogan yang mengerahkan masyarakat sekitar, yang menyungsung pura tersebut ada 12 banjar. Piodalan yang dilaksanakan setiap 6 bulan sekali kalender bali, ini memang sangat banyak dinikmati oleh para wisatawan lokal maupun mancanegara.
Lokasi Pura Alas Kedaton yang terletak di tengah hutan menjadikan pura ini sangat istimewa, selain tempatnya yang berada di bawah daripada halaman hutan yang ada. Uniknya lagi untuk persembahyangan di pura ini tidak diperkenankan memakai sarana api-apian semisal dupa dan semacamnya, termasuk kuangen juga tidak. Upacara pun berlangsung begitu cepat hanya dari siang sampai sore saja, kalau sudah beranjak petang semua pemedek sudah meninggalkan pura. Tradisi ini sudah dijalankan secara turun-temurun.
Yang paling dinantikan saat upacara ini memang parade gebogan yang seakan-akan tidak ada putus-putusnya dari siang sampai sore. Dari siang parade datang dari berbagai banjar secara berurutan karena sudah diatur untuk menghindari suasana jejal nanti saat persembahyangan di pura. Jadi parade datangnya bergiliran secara cepat mereka mengaturkan persembahyangan dan selanjutnya digantikan dengan banjar yang lain. Setelah selesai mengaturkan persembahyangan banyak dari mereka yang duduk-duduk di luar pura hanya untuk menikmati alam sekitar dan lungsuran dari persembahyangan tadi. Setelah beranjak sore menjelang petang semua pemedek meninggalkan pura tersebut.
Ibu-ibu tampak datang ke pura dengan menjinjing gebogan.
Parade gebogan memasuki areal Pura Alas Kedaton.
Monyet sedang menikmati jeruk yang diberikan oleh salah satu pemedek, dari lungsuran gebogan-nya.
Gebogan-gebogan yang ada di pura.
Satu dari sekian parade gebogan berada di luar pura menunggu giliran masuk ke pura.
Terlihat ibu dan anaknya sedang santai setelah melakukan persembahyangan.
Pemedek mulai meninggalkan pura untuk kembali ke banjar masing-masing.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Paling Banyak Dilihat
-
Yup... Berbagai jenis patulangan (tatulangan) yang digunakan dalam setiap pangabenan di Bali. Patulangan ini biasanya berbentuk binatang dan...
-
Yup... Yup... Tradisi nuuh pedanan-dananyang dilaksanakan di Sebatu, Bali paada tanggal 25 Februari 2015. Banten sok mulai memenuhi pura pus...
-
Yup... Kesenian Karawitan Klasik Jegog dan Tari oleh Sekaa Jegog Purwa Gita Desa Dangin tukaddaya Jembrana Kabupaten Jembrana pada Pesta Kes...
-
Yup... Tradisi ngerebong yang dilaksanakan di Pura Petilan, Bali ini memang tergolong sangat unik dengan adanya atraksi matebekan dan tapaka...
-
Kidung Sri Tanjung dikenal sebagai salah satu karya sastra yang ditulis di Banyuangi pada abad ke-17 saat Banyuangi masih bagian dari Blangb...
-
Yuup... Peedan yang nampak menarik terlihat dengan hamparan sawah di Tengkulak menuju Pura Samuan Tiga pada tanggal 26 April 2011. Dengan ha...
-
Yup... Pertunjukan pentas tari Bali di Wantilan Pura Penataran Sasih, Bali yang dilaksanakan pada tanggal 2 Maret malam. Beberapa tari Bali ...
-
Yup... Pentas seni klasik yang dilaksankan di Denpasar, Bali pada 26 Septemeber 2013. Sekaa kesenian klasik gandrung remaka Semara metu dari...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar