Drama Tari Sri Tanjung di Art Center

Kidung Sri Tanjung dikenal sebagai salah satu karya sastra yang ditulis di Banyuangi pada abad ke-17 saat Banyuangi masih bagian dari Blangbangan, kerajaan terakhir di Jawa Timur. Pigeaud menmpatkan karya saatra ini dalam kelompok karya-karya sastra yang diberi judul 'Original Old Javanese and Javanese-Balinese ecorcist tales and related literature in bellestric form', yang dimaksud 'javanese balinese' oleh Pigeaud adalah karya-karya sastra yang menggunakan bahasa jawa-tengahan, yang sumbernya berada pada kegiatan sastra di kerajaan jawa timur samapi Majapahit, dan nantinya berkembanga tersendiri di Bali pada masa kerajaan Gelgel.
Di sisi lain, diperkirakan ceritra Sri Tanjung itu sendiri telah lahir dan ditramsmisi secara lisan di Jawa Timur paling lambat apada abad ke-13, lantas terintregrasi ke dalam kebudayaaan Hindu-java. Kita bisa melihat ceritea Sri Tanung digambarkan pada relif-relief candi di java timur, seperti di Batur Pendopo di Candfi Penataran yan gberlokasi di Bliktas dan candisuraawana di Para, Kediri. Bisa dikatakan bahwa salah satu tema yang simuinsulkan pada relif-relif dua candi ini adalah pencarian kesemputrnaan hidup bagi manusia. khususnnya pada cerita sri Tanung, kita bisa melihat unsur ruweatan atau 'penglukatan;, yaitu upacara yang dilaksanakan dengan tujuan untiuk memusnajkan hal yang negatif dan memperkuat, menyucikan diri.
Di bali pun ditemukan beberapa naskah cerita Siri Tanjung yang ditulis dalam bentuk tembang macapat, ceritanya sendiri pernah menjadi populer sebagai lakon untuk drama tari Arja pada masa kejayaannya dan pernah digunakan sebagai lakon pewayangan dalam upcara pengelukatan juga. Namun bisa dikatakan bahwa sekarang cerita ini sudah terlupakan oleh masyaraka Bali. (text brosur)







Tidak ada komentar:

Paling Banyak Dilihat