Yup... Pentas seni tarian Bali anak-anak yang dilaksanakan di Denpasar, Bali pada 25 Januari 2014.
Tari Sekar Jagat
Penari sekar jagat biasanya mengenaan mahkota bunga emas yang berbentuk krucut di bagian depan. Dari segi pakian juga terlihat dandanan gadis Bali zaman dulu karena masih terlihatnya bahu penari masih terbuka. Penutup badan hanya sampai di atas dada dengan hiasan di leher serupa badong. Di kedu tangan juga terlihat adanya gelang emas dan juga subeng di kuping. Yang menguatkan penari membawa bunga kertas yang dirangkai dengan janur di atas dulang kecil. Dengan kain yang diikatkan dengan sabuk besar juga terdapat selendang di depan.
Tari Sekar Jagat identik dengan tari yang lemah gemulai, diperuntukan untuk penyambutan. Terkesan tarian ini lebih aktif dengan satu gerakan tangan saja, karena tangan satunya memegang rangkaian bunga yang selalu dibawa. Mimik wajah yang kebanyakan senyum dari awal pentas sampai akhir menjadikan tontonan yang asik untuk dinikmati. Tarian ini biasanya dibawakan secara berkelompok oleh gadis-gadis, mereka sering membuat formasi sehingga lebih manis untuk ditampilkan.
Tarian ini biasanya ditampilkan dalam acara-acara formal sebagai pendahuluan. Lebih sering juga diadakan dalam acara pentas seni dan tontonan mengisi upacara di pura ataupun kegiatan sekolah.
Dari asal katanya sekar dan jagat mengandung arti, sekar yaitu bunga sedangkan jagat berarti alam semesta. Kemungkinan dimaksudkan keharuman bunga di seluruh nusantara. Tidak hanya bunga tapi juga kecantikan dan gerak tari yang diiringi gambelanya.
Tari Legong Lasem
Merupakan jenis dari Tari Legong busananya sama. Dengan membakai mahkota/gelungan dan pakian berduansa prade emas. Dilengkapi dengan membawa kipas. Penari biasanya gadis berpasangan.
Gerakan dari Legong Kuntul ini adalah meniru gerak gerik burung kuntul ( bangau) mungkin di Bali lebih dikenal dengan kokokan. Mulai dari agem berdiri sampai dengan bersimpuh berpasangan menjadi daya tarik sendiri. Agak sulit memang dibedakan karen busana yang dipakai tidak seperti burung melainkan layaknya penari bali pada umumnya. Tetapi jika lebih diselidik mungki akan tahu bagaimana mereka saat mulai terbang, berain dengan sesamanya. Bagaimanapun lebih terkesan ke Legong ini terlihat dari lirikan mata dan agem-agem yang ditampilkan dengan gerak kipas yang terbilang tidak terlalu banyak.
Konon tarian ini dahulu hanya ditarikan di kalangan kerasaan sebagai hiburang orang-orang berkuasan di sana. Tetapi penari-penarinya dipilih dari kalangan rakyat yang pintar menari dan juga cantik tentunya. Belakangan tari legong ini bisa disaksikan di pementasan seni di mana saja.
Tari Legong Kraton (Lasem)
Salah satu jenis tari legong adalah Tari Legong Kraton ato ada juga yang menyebutnya denga Legong Lasem. Terdiri dari tiga penari satu sebagai condong dan dua orang sebagai lasem. Condong dengan mengenakan busana merah sedangkan lasem dengan hijau, terkadang juga ungu tua. Lasem juga dilengkapi dengan gelungan dan juga kipas. Saat keluar terakhir condong mengenakan sayak layaknya sang rajawali.
Tari legong merupakan tari klasik sehingga geraknya begitu kuat. Sangat terasa dari lirikan mata dan mimik muka yang sangat berkarakter. Pada kahir pertunjukan terjadi pertarungan antara condong dengan memakai sayap dan juga penari lasem.
Konon tarian ini pertama muncul dan dikembangkan di Sukawati dan dahulu hanya ditarikan di kalangan kerasaan sebagai hiburang orang-orang berkuasan di sana. Tetapi penari-penarinya dipilih dari kalangan rakyat yang pintar menari dan juga cantik tentunya. Belakangan tari legong ini bisa disaksikan di pementasan seni di mana saja.
Tari Pendet
Para penari berpakian cukup unik. Dengan hiasan bunga dan emas di rambut serta membawa nampan kecil yang berisi rangkaian janur dengan isi beraneka bunga. Dari segi pakaian ini masik terlihat gadis Bali zaman dahulu. Masih mneggunakan sabuk dan pundak masih belum tertutup oleh pakaian hanya sabuk yang diselempangkan di salah satu pundaknya. Beberapa daerah menggunakan busana agak berbeda mulai dari prada emas yang masik minim dan juga full prada.
Tarian ini dibawakan gadis-gadis dengan lembah gemulai. Tarian penyambutan tamu ini tidak begitu beringas, tapi sangat sayu penuh dengan senyum. Pada saat berdiri maupun bersimpuh sesekali mengedipkan mata dan melemparkan bunga-bunga yang dibawakanya. Pada masanya sekarang tidak hanya para remaja yang menarikan Tari Pendet ini tetapi tidak kalah anak-anak dan para ibu-ibu juga berperan aktif. Tarian diiringi dengan tabuh gong yang agak lambat.
Tarii ini biasa tampil saat para tamu mulai berdatangan. Kerap kali tarian ini ditampilkan untuk menyambut tamu penting dan juga yang bergerak di pariwisata akan sering menjumpai tarian ini. Tak dipungkiri kelestarian ini juga didukung seringnya tampil saat acara-acara besar yang bersifat internasional ada di Bali. Tapi tidak hanya hal tersebut, kesenangan dan kecintaan warga untuk tetap belajar dari kecil sebagai salah satu upaya melestarikannya.
Konon tarian ini terinsfirasi dari Tari Pendet yang sering ditarikan di pura-pura. Tarian sakral ini memang ada sejak dahulu. Biasanya tarian pendet di pura ditarikan secara idak sadar (kesurupan). Diperlukan beberapa upakara ataupun sesajen sebelum tarian dimulai. Terkadang mereka langsung sentak bisa menari walaupun keseharianya tidak pernah menari. Inspirai ini membuat dibuatkan tari pendet untuk pertunjukan.
Tari Teruna Jaya
Tari Teruna Jaya mengenakan busana yang bernuansa ungu tua dengan prada emas. Kepala dihiasi dengan udeng (pengikat kepala). Dalam menari juga menggunakan kipas. Pakaian dan kain (kamen) juga berhisakan dengan prada emas. Kain di pinggir kiri diberikan kancutan (kain lebih).
Tarian ini terbiasa dengan gerakan tunggal dalam artian walaupun ditarikan oleh lebih dari satu orang tidak akan ada interaksi sesama penari. ditarikan oleh seorang puteri dengan gerak gerik seorang putera ini sering dikatakan dengan tari bebancihan. Tarian ini menggambarkan seseorang yang baru beranjak dewasa, terkensan agak emosional memamerkan diri. Ini terlihat dari gerak tari yang begitu cepat, dengan lirikan mata yang tajam dan selalu was-was melirik ke segala arah.
Teruna Jaya biasa dibawakan saat pentas-pentas seni, baik bersifat hiburan maupun formal. Tarian ini masih banyak bisa dijumpai saat acara-acara di Bali, tetap lestari sampai sekarang.
Tari Cendrawasih
Penari Cendrawasih berbusana layaknya mengikuti keindahan dari burung cendrawasih. Biasanya dengan ekor berwasna kuning. Memakai mahkota (gelungan) dengan berbentuk burung, kepala menghadap depan dan sayapnya terhempak ke samping. Penari juga mengenakan gelang yang melekat di kedua lengan dan pergelangan tangan.
Gerak tari mengikuti burung cendrawasih, yang mungkin banyak terdapat di daerah Indonesia timur seperti di Papua dan sekitarnya. Penarinya biasanya gadis-gadis yang berpasangan. Gerak terkadang melakukan lompatan-lompatan kecil dan memamerkan ekornya. Terihat dari tarian ini mereka layaknya burung yang saling bercanda, merpindah dari dahan ke ranting dan mereka sangat menikmati keindahan alam bersama teman dan pasanganya.
Tari Cendrawasih bisanya dipentaskan saat acara-acara tertentu sebagi tontonan kepada warga. Terlihat dibawakan saat pesta kenaikan kelas, pentas seni tari dan beberapa acara lain untuk memberikan tontonan.
Tari Puspanjali
Busana penari tampak begitu indah dan menarik untuk dilihat. Warna-warni yang yang tampak mencolok dan hidup menjadikan tarian ini daya tarik sendiri. Asesoris rambut yang penuh dengan bunga dan juga emas-emasan memberi kesan yang beda. Gelang di pergelangan tangan dan juga kain dan dimodifikasi juga layaknya saya yang hanya berada di sebelah kiri saja. Sabuk besar, badong dan juga selendang melintang di bahu menjadi ciri dari tari penyambutan ini.
Para gadis secara berkelompok bisanya menarikan tarian ini. Tari penyambutan untuk para tamu yang datang dengan gerak yang mendayu-dayu, lemah gemulai tidak ada gerakan yang keras dan ekpresif. Mukin layaknya menebarkan pesona sehingga para penonton tidak mau beranjak untuk menyaksikan tarian ini sampai tuntas. Rasa hormat dan juga simpatik kepada para tamu yang hadir sebagai tujuan utamnya.
Puspanjali dipentaskan sebagai awal acara dalam pertunjukan seni. Juga sering ditarikan saat ada tamu-tamu luar daerah yang datang. Tarian selamat datang ini sampai saat ini masih tetp lestari dan banyak dijumpai di setiap daerah di Bali. Tebiasa juga kelompok-kelompok seni atau sanggar selalu mengajarkan tarian ini.
Kata Puspanjali berasal dari kata puspa yang berarti bunga dan anjali bermakna menghormat. Tari Puspanjali merupakan tarian kehormatan untuk menyambut tamu yang digambarkan dengan keindahan bunga, hormat dari penyambut dan juga yang disambut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Paling Banyak Dilihat
-
Yup... Pantai Kusamba yang berada di Kabupaten Klungkung ini memang memberikan kesegaranya untuk siapa saja yang berkunjung ke sana. Pantai ...
-
Yup... Mapeed di Sukawati, Gianyar pada tanggal 14 April 2012. Ratusan umat melintasi jalan desa setempat dengan berbusana adat Bali. Ibu be...
-
Yup... Tari Legong Kuntul saat parade semara pagulingan oleh Sanggar Sangita Mredangga Desa Batuagung, Jembrana pada Pesta Kesenian Bali (PK...
-
Yup... Upacara di Bali selalu ada yang menarik untuk didokumentasikan. Salah satunya para penari saat mengiringi upacara. Kal ini pada tangg...
-
Yup... Pertunjukan Tarian Bali anak-anak di Denpasar, Bali pada 24 Mei 2015. Tari Pendet Tari Condong Tari Oleg Tambulilingan Be...
-
Yup... Pawai budaya yang dilanakan di seputaran lapangan puputan badung, Denpasar tanggal 23 September 2012. Pawai Utsawa Bali sani merupaka...
-
Yup... Pertunjukan Maha Bandana Prasadha kesenian klasik oleh Sekaa Kesenian Klasik Gambang Manikasanti Banjar Kedaton, Kelurahan Tonja Denp...
-
Yup... Tari Rejang dan Baris Wayang dari Sekaa Baris Wayang Pura Dalem Lumintang, Pemecutan Kaja, Denpasar pada Pesta Kesenian Bali ke-34 ta...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar