Lokasi Pura Alas Kedaton yang terletak di tengah hutan menjadikan pura ini sangat istimewa, selain tempatnya yang berada di bawah daripada halaman hutan yang ada. Uniknya lagi untuk persembahyangan di pura ini tidak diperkenankan memakai sarana api-apian semisal dupa dan semacamnya, termasuk kuangen juga tidak. Upacara pun berlangsung begitu cepat hanya dari siang sampai sore saja, kalau sudah beranjak petang semua pemedek sudah meninggalkan pura. Tradisi ini sudah dijalankan secara turun-temurun.
Yang paling dinantikan saat upacara ini memang parade gebogan yang seakan-akan tidak ada putus-putusnya dari siang sampai sore. Dari siang parade datang dari berbagai banjar secara berurutan karena sudah diatur untuk menghindari suasana jejal nanti saat persembahyangan di pura. Jadi parade datangnya bergiliran secara cepat mereka mengaturkan persembahyangan dan selanjutnya digantikan dengan banjar yang lain. Setelah selesai mengaturkan persembahyangan banyak dari mereka yang duduk-duduk di luar pura hanya untuk menikmati alam sekitar dan lungsuran dari persembahyangan tadi. Setelah beranjak sore menjelang petang semua pemedek meninggalkan pura tersebut.

Ibu-ibu tampak datang ke pura dengan menjinjing gebogan.

Parade gebogan memasuki areal Pura Alas Kedaton.

Monyet sedang menikmati jeruk yang diberikan oleh salah satu pemedek, dari lungsuran gebogan-nya.

Gebogan-gebogan yang ada di pura.

Satu dari sekian parade gebogan berada di luar pura menunggu giliran masuk ke pura.

Terlihat ibu dan anaknya sedang santai setelah melakukan persembahyangan.

Pemedek mulai meninggalkan pura untuk kembali ke banjar masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar